Wednesday, June 3, 2015

Review Buku : Ketika Cinta Harus Pergi by Elita Duatnofa Featuring Aida MA

Ketika Cinta Harus Pergi
Kiat-Kiat Move-On Tanpa Menyisakan Dendam Menurut Tuntunan Islam

Penulis : Elita Duatnofa Featuring Aida MA
Penerbit : Quanta - PT.Elex Media Komputindo
Tebal Buku : x + 150 Halaman
Tanggal Terbit : 2013
ISBN 978-602-02-0647-9


Started On : 3 Agustus 2014
Finished On :  9 Agustus 2014

Assalamualaikum sobat, lama hiatus dari dunia blog nih.
Lama tak berjumpa dengan kawan-kawan semua *sok kenal, hihihi..*
Tulisan ini sebenarnya sudah berdiam lama di draf blog dan sudah saatnya aku munculkan, lihat deh finish baca buku ini aja agustus tahun lalu dan reviewnya baru di publish hari ini, muehehehehe
Maklum lah yah, bukan sok sibuk, malas atau apalah-apalah karena memang alasan fasilitas :D
Karena Alhamdulillah nih yee fasilitas itu sudah terpenuhi jadi doakan bisa rutin nulis blog lagi.
Sebenarnya rindu banget pengen cuap-cuap, rindu nulis hal-hal nggak penting, hohoho
Do'ain emoga istiqomah ngerawat blognya dan supaya bisa tebar manfaat melalui blog sederhana ini.
Semoga ada inspirasi buat nulis blog ini biar blognya nggak berdebu dan usang lagi :P hihihi, udah ah skip aja prolog yang berkepanjangan ini.

Sebenernya sih mau beli buku ini secara online cuma nggak tersedia di gudang penerbitnya. "Ya sudahlah," pikirku waktu itu. Yap ternyata tanpa diduga-duga nemu buku ini di Gramedia Royal Plaza Surabaya. Nemuinnya juga di rak bawah tersembunyi ama buku-buku lain gitu deh. Whahaha, kalau nggak jeli mungkin nggak bakal nemuin buku ini. Nemuinnya juga pas banget si babe ceriwis ngajak pulang *piis yak babe :)

Setiap orang pasti pernah merasakan yang namanya patah hati *upz pliiss jangan nunjuk gue :p*
Ya jelas dunk, setiap orang pernah mengalaminya, rasa sakit, kecewa dan menjadi teman akrabnya luka jiwa. Yang jelas tertarik baca buku ini karena sinopsis di back covernya. Tertarik kalimat yang merayu-rayu aku untuk membeli *ini alay banget yak :D*

Sebenernya agak kecele (read : salah duga) sebenernya. Aku kira buku ini ditujukan untuk kawula muda mungkin yang sedang patah hati. Namun aku salah, arti patah hati di sini adalah patah hati yang sakral *hah? emang ada patah hati yang nggak sakral, wkwkwkk*
Jadi inti buku ini sendiri bukanlah patah hati pada seorang kekasih haram (read : pacar) tapi pada seorang yang sudah menjadi kekasih halal dalam artian menikah suami istri. Well, mungkin karena dua penulis ini menulis tentang hal tentang Islam dan juga memandang dari sudut pandang Islam juga kali ya pacaran itu haram :p. But, meskipun belum nikah juga nggak apa-apa kok baca buku ini :D nambah pengetahuan getooo..

Buku ini sendiri sih sebenernya nggak tebel-tebel amat sih hanya 150 halaman, tapi terbagi jadi 11 bab. Wuih ajib kan...


Bab 1 Mengapa Ada Perpisahan?
Sebagian orang beranggapan bahwa perpisahan adalah hal yang terburuk dalam hidup mereka. Lalu mereka menjadikan kesedihan itu sebagai tempurung atau batok keras yang menyelimuti diri mereka. 
(Ketika Cinta Harus Pergi hal.2)
Benarkah perpisahan membuat kehidupan kita menjadi buruk? Atau kita sendiri yang menyalahkan perpisahan dan menganggapnya sebagai penyebab ketidaknyamanan hidup? Atau mungkin lebih buruk dari itu kita membangun tempurung kesedihan setebal dan sekeras mungkin sehingga yang terdengar adalah hanyalah rintihan kita sendiri. Kita menikmati kesedihan itu tanpa mau mendengar masukan orang lain atau melihat sebuah jalan tebal di balik tempurung itu. hal ini justru menyulitkan diri kita sendiri.
Ada banyak hal yang menyebabkan perpisahan, ada banyak sekali hal yang menjadi penyebabnya. Bisa jadi orang yang dicintai menemui ajalnya, bisa pula karena perselingkuhan, perbedaan agama, pertentangan keluarga, atau perbedaan prinsip yang membuat kita mengalami guncangan kejiwaan dan trauma yang berat. 
Jadi, ketika hati bertanya mengapa Tuhan menggariskan perpisahan, yakinlah bahwa jawabannya adalah karena Allah sedang memeluk kita dengan ujian itu. Ya, mungkin terasa menyakitkan, tetapi ingatlah bahwa kehendak Allah adalah yang terbaik bagi kita.
(Ketika Cinta Harus Pergi hal.3)
Sebijaknya, kita melihat perpisahan sebagai bagian dari ketentuan Allah, Sang Maha Pemberi kehidupan.

Bab 2 Mengapa Allah Menguji Kita
Tidak ada yang kekal kecuali perubahan. Tawa-tangis, sedih-bahagia, suka-benci, jatuh cinta-patah hati. Semua silih berganti seperti siklus. Satu-satunya yang abadi adalah Tuhan. Dia tak pernah tidur, tak pernah beristirahat, tak pernah pergi. Memiliki Tuhan dan menjadikan-Nya senantiasa ada di hati kita akan membuat kita tak lagi membutuhkan yang lain kecuali Dia.
(Ketika Cinta Harus Pergi hal.55)
Hati manusia bisa berubah sewaktu-waktu, kadar cinta bisa bertambah atau berkurang, jalan pikiran seseorang tak pernah bisa ditebak secara pasti. Segala sesuatu dalam hidup benar-benar dinamis. Jalan hidup pun kadang sulit untuk diprediksi. Tapi, semua yang terjadi di dunia ini adalah karena izin-Nya. Makhluk bernapas, angin berhembus, air hujan turun, matahari bersinar, bahkan daun yang jatuh pun atas izin-Nya. Jadi, percayalah bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup kita adalah karena izin-Nya. Allah mempunyai rencana indah untuk kita. Namun keterbatasan akal membuat kita sulit memahami rencana indah-Nya. Beberapa waktu ke depan kita akan bisa melihat keindahan rencana tuhan di balik musibah dan menyakitkan itu.

Bab 3 Menangislah, Tapi Jangan Lupa Untuk Berhenti
Setiap orang memiliki pengalaman menangis dalam hidupnya. Ketika dilahirkan, kita menangis. Hal itu merupakan pengalaman pertama kita mengeluarkan air mata. Menangis merupakan sebuah cara untuk mengungkapkan sebuah emosi. Menangis memang perlu dan menjadi bagian dari proses penyembuhan luka sendiri. Jangan malu dan ragu untuk menangis. Menangis saja dan nikmati prosesnya. Tidak perlu menahan keinginan untuk menangis hanya karena menyembunyikan kesedihan ataupun tak ingin dibilang cengeng.
Kita boleh menangis untuk melepaskan segala beban di hati, menumpahkan semua yang kita rasakan, melampiaskan rasa sendiri. Namun, kita juga harus tahu bahwa semakin cepat kita bangkit dan berbahagia kembali. Hidup memang tidak selalu seperti yang kita mau. Akan tetapi, bagaimanapun hidup harus diteruskan. Itulah yang membuat hidup menjadi indah.
(Ketika Cinta Harus Pergi hal.77)

Bab 4 Indahnya Melepaskan dan Mengampuni
Perasaan sakit dan terluka yang mendalam oleh cinta sungguh tiada yang menampiknya.  Tidak mudah memang untuk belajar memaafkan bahkan mengikhlaskan. Namun, harus ada hal-hal yang kita harus kita sadari bahwa ketika kita terus dalam keterpurukan maka kita tak akan mendaptkan apa-apa, keadaan tak bisa kembali, waktu tak bisa berputar ulang, dan rasa sakit yang dirasa pun kian menjadi. Jika kita terus mengikutinya maka perasaan tersebut bisa menjadi dendam dalam hati. Ikhlas melepaskan itulah kuncinya. Ikhlas melepaskan juga berarti tetap meyakini bahwa sebuah perpisahan terjadi demi tujuan baik. Mungkin saat ini kita belum mengetahui hikmahnya namun seiring berjalannya waktu hikmah tersembunyi itu akan terkuak oleh waktu.

Cover Belakang

Bab 5 Perluas Jaringan dan Kegiatan
Saat perpisahan terjadi seringkali kita terfokus pada perasaan sakit itu. Tanpa kita sadari kita membatasi diri. Maka dalam bab ini penulis menyarankan untuk keluar dan melepaskan semua penderitaan. Ketika terpuruk dan terluka, bertemu dengan sahabat-sahabat. Sibukkan diri dengan berkenalan dengan kawan baru, dengan begitu wawasan semakin bertambah dan diri semakin berkembang dan bangkit untuk meraih harapan yang lebih baik.

Bab 6 Menulislah
Menulis?? Mungkin ada sebagian yang bertanya-tanya kenapa bab 6 ini membahas mengenai menulis. Ternyata ada beberapa manfaat menulis yang dapat kita rasakan loh.
Pertama, menulis dapat membuat kita mengasah kemampuan otak kiri kita
Kedua, menulis dapat membuat kita berpikir sistematis
Ketiga, menulis dapat memanfaatkan semua daya otak kita, sehingga membebaskan diri kita dari hambatan mental.
Wah keren banget kan manfaatnya, tak hanya itu loh... Jika kita tidak berani meneriakkan apa yang kita rasakan secara verbal, maka berteriaklah dalam bentuk kata-kata di tulisan. Itu mampu membuat emosi kita lebih tenang.
Menulislah, karena itu baik untuk jiwamu
Menulislah, karena dengannya mampu mencegahmu dari kepikunan
Dan menulislah untuk keabadian, yang akan selalu dikenang meski tubuhmu telah tiada.
(Ketika Cinta Harus Pergi hal.102)

Bab 7 Saatnya Pulih
Setelah kemarin terluka, kini saatnyauntuk pulih. Hidup tidak berhenti di sini dan tidak berhenti pada masalah yang telah berlalu. Sangat disayangkan jika kita memilih tetap terkurung masa lalu, padahal masih banyak yang bisa kita lakukan untuk masa yang akan datang. Waktu akan membantu kita melewati semuanya. Saatnya bangkit agar masa lalu tak menertawakan kita.
Jangan mau dikendalikan oleh masa lalu dan membiarkan masa depanmu menjadi hancur
Bangkitlah, kita semua akan pulih
(Ketika Cinta Harus Pergi hal.111)

Bab 8 Berdamailah Dan Move On
Percaya atau tidak, bagian inilah yang paling sulit dimulai ketika seseorang sudah terlanjur patah hati dan kecewa. Namun, sulit bukan berarti tak mungkin sama sekali. Buktinya, banyak orang yang tetap bertahan, mampu tersenyum, bahkan menjadi lebih baik setelah melalui sebuah impitan perasaan.
(Ketika Cinta Harus Pergi hal.113) 
Untuk berdamai dan move on dibutuhkan ketegaran dan keikhlasan yang besar, walau mungkin sulit namun kita harus tetaplah berusaha.

Bab 9 Buka Hati, Gunakan Logika!
Saat cinta itu pergi dan patah hati melanda jiwa, perasaan negatif pun mulai merasuki pikiran kita. Jika perasaan negatif itu mulai hadir dalam jiwa kita maka berhentilah sejenak sambil memikirkan solusi terbaik dan lebih logis. Tentu saja dalam urusan cinta dan hati tak sesederhana itu. Namun, percayalahsegala sesuatu itu sering dianggap rumit hanya oleh perasaan dan pikiran kita. Mungkin jika kita berpikir lebih sederhana, akan banyak cara baru dan dapat berpikir lebih jernih.
Rela ataupun tidak rela, hidup terus berjalan. Sekalipun jam di sekalipun jam di seluruh dunia ini mati, waktu tetap berjalan. Begitu juga dengan kita. Merelakan dan menjalani hidup dengan hati yang lapang tentu lebih mudah daripada hidup penuh dendam dan ketakutan akan hal-hal yang belum tentu terjadi di masa depan.
(Ketika Cinta Harus Pergi hal.124)

Bab 10 Ketika Cinta Hadir Kembali
Setelah sekian lama terluka dan menjalani hidup sendiri, bukan tak mungkin akan hadir seseorang dengan perasaan cinta yang baru dan berbeda dalam hidup kita. Pada dasarnya, setiap orang ingin dicintai dan didukung oleh orang-orang yang ia cintai, termasuk perlunya kehadiran seorang pasangann dalam hidup.
(Ketika Cinta Harus Pergi hal.137)
Dalam masa ini tak sedikit wanita  yang menutup diri dan mengalami masa trauma dan perasaan takut gagal seperti dahulu. Maka ada dua hal yang harus dipertimbangkan ketika cinta hadir kembali : Pertama, tinggalkan masa lalu dan kedua, berharaplah senormalnya.

Bab 11 Tersenyum dan Maafkanlah
Kita tentu sadar bahwa hidup selalu berwarnaa, begitu pula kisah cinta yang juga penuh warna. Semua yang ada dalam kehidupan ini berproses, sama dengan kita. Kita tidak pernah tahu sebuah kejadian akan membawa kita kemana. Akan tetapi, apapun yang disikapi dengan baik akan mendatangkan kebaikan pula. Salah satu cara menikmati hidup lebih damai adalah memaafkan. Tak disangka obat hati yang terluka adalah memafkan. Memafkan hingga tak mampu menyisakan dendam walaupun itu membutuhkan proses yang panjang. Percayalah, semakin kita tak mau memaafkan, hati kita tak kunjung tenang. Apabila hati tidak tenang maka hikmah di balik setiap kejadian itu pun tak bisa kita pahami dengan kejernihan hati 
Tersenyumlah karena kita bisa melalui semuanya dengan baik, Menangis adalah hal biasa, marah adalah reaksi yang wajar, merasa sakit pun sungguh manusiawi. Bagaimanapun, kita telah berhasil melewatinya. Lihatlah, saat ini kita masih baik-baik saja. Hidup, bernapas, berjalan, dan berkomunikasi. Sesungguhnya luka-luka itu tak akan pernah bisa membunuh kita.
(Ketika Cinta Harus Pergi hal.145)

Tanpa bertele-tele lagi aku akan tarik benang merah dari buku ini, yaitu "Mencintailah seseorang karena Allah bukan mencintai Allah karena seseorang sebab ketika seseorang itu pergi maka hilang pulalah rasa cinta kita kepada Allah. Namun, ketika kita mencintai seseorang karena Allah, walaupun seseorang itu telah pergi, cinta kita kepada Allah tetap berada di hati. Karena cinta kita kepada Allah maka cinta yang tertanam dalam hati kita berlandaskan iman dan taqwa. Sehingga hikmah dan solusi  karena seseorang yang kita cintai itu telah pergi pun akan terlihat jernih di hati dan pikiran kita."

Cukup sekian reviewku, semoga bermanfaat ya :) Dan semoga nggak bosen berkunjung di blogku, hihihi... 

2 comments:

  1. Replies
    1. Subhanallah langsung dikomen ama penulisnya^^ terimakasih sudah berkunjung :)

      Delete

 
Sahabat Pelangi Blogger Template by Ipietoon Blogger Template